Sabtu, 3 Julai 2010

Bengkoknya tulang iga merupakan keistimewaan wanita


Apakah seorang wanita merasa tidak enak bila disebutkan oleh seseorang, seperti suaminya, bahwa dia diciptakan dari tulang iga yang bengkok?

Apakah dia merasakan bahwa kebengkokan tulang iga yang dia diciptakan oleh Allah berasal darinya akan mendiskreditkan dirinya dan juga mengurangi martabatnya?

Abu Hurairah telah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Saling berpesanlah kalian untuk memperlakukan wanita dengan baik, karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang iga, dan sesungguhnya yang paling bengkok dari tulang iga itu adalah bagian atasnya. Jika engkau bersikeras untuk meluruskannya, niscaya engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau biarkan, ia akan tetap bengkok. Karenanya, saling berpesanlah berkenaan dengan wanita.” (HR. Bukhari Muslim)

Makna hadist ini tidaklah mengurangi martabat wanita barang sedikit pun dan tidak pula mendiskreditkan eksistensi kemanusiannya. Bahkan makna hadits ini mengingatkan karakter psikologi penting yang telah difitrahkan dalam diri wanita sejak asal mula kejadiannya. Hadits ini melarang upaya untuk mengubah karakter ini melalui sabdanya yang mengatakan: “Jika engkau bersikeras untuk meluruskannya, niscaya engkau akan mematahkannya.”

Permulaan hadits ini dan penghujungnya, kedua-duanya memesankan untuk memperlakukan wanita dengan perlakuan yang baik. Pesan ini justru makin memberikan nilai tambah pada diri objek yang dipesankan dan sekaligus menguatkan penafian kecurigaan adanya kekurangan.

Hal yang bengkok bukanlah suatu kelemahan, demikian pula hal yang lurus pun bukan suatu keistimewaan. Alangkah indahnya ungkapan yang memperumpamakan hakikat ini dengan busur dan anak panah. Seandainya tidak ada kebengkokan pada busur, tentulah anak panah tidak dapat melesat kuat dan lurus ke arah sasaran yang akan dikenainya !

Sesungguhnya semua kata yang menunjukkan makna bengkok dalam bahasa Arab, dalam waktu yang sama menunjukkan pula arti yang mengandung makna PERASAAN. Kata ‘hadabun’ artinya punggungnya melengkung dan juga berarti penyayang. ‘Hanaa’ artinya bengkok dan juga sayang dan kasihan. ‘Athfun artinya berlenggak-lenggok saat berjalan dan sebagainya, dan juga berarti pengasih dan penyayang. Demikianlah seterusnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa seandainya tidak ada kebengkokan yang juga mengandung arti kelembutan, kasih sayang, dan perasaan dalam diri wanita, niscaya laki-laki tidak dapat bergerak dengan lurus dalam kehidupan sebagai faktor yang menentukan.

Apakah akan berhasil jika kita coba meletakkan busur sebagai ganti dari anak panah pada busur lain untuk kita lepaskan ke arah sasaran? Apakah berhasil jika kita jadikan anak panah yang lurus sbg busur, lalu kita meletakkannya pada anak panah yang lain untuk kita lepaskan ke arah sasaran?

Jawabannya ialah dua anak panah, kedua-duanya tidak akan dapat mengenai sasaran! Demikian juga dua buah busur.

Tidak lain untuk mengenai sasaran hanyalah diperlukan sebuah anak panah dan sebuah busur!

Rabu, 23 Jun 2010

Ibu Bapa Nahkhoda Kehidupan Anak-Anak

"Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil".
Al Baqarah : 67

Al-Quran sering kali di anak tirikan oleh umat islam. Mereka hanya memandang enteng akan kepentingan al-Quran. Al-Quran hanya sekadar hiasan di setiap penjuru rumah.


Kamus bergambar bertukar tangan, tanda penghargaan daripada si bapa sempena lulusnya anak di medan peperiksaan. Kalaulah kamus comel itu digantikan dengan al-Quran yang terjamin akan kesuciannya, sudah tentu mendapat keberkatan daripada Ilahi.


Tapi masa sekarang sudah berubah!. Tika dahulu anak kecil diasuh mengenal huruf-huruf hijaiyah, Muqaddam dihafal setiap kali menjelang maghrib, bagaikan menutup tirai senja.

Teringat cerita semalam, di tangan Tok Guru tersedia rotan yang panjang, gerun kami melihatnya. Kiranya tersalah, maka dirotannya kami. Begitulah peritnya menuntut ilmu yang tiada tandingannya.

Namun kini, cerita semalam hanya tinggal kenangan. Parut dan luka lama menjadi sejarah dalam kamus hidupku.


“Tahun ni Amirul UPSR lah Kak Nah, jadi berhenti sekejap mengaji dan kelas fardhu ain. Senang sikit. Boleh beri tumpuan pada UPSR. Maklumlah, tahun depan katanya nak ke MRSM.”


Sedih bukan! Apabila dunia menjadi keutamaan, akhirat dilengah-lengahkan. Semakin kita mengejar kemewahan, terasa bagaikan nilai keimanan luntur dalam sanubari. Manusia rakus mengejar arus kemodenan yang tidak pasti akan hentinya. Bagi saya itulah kesan kejahilan. Jahil bukan masalah kecil. Tapi sentiasa dikecil-kecilkan. Bagaikan tidak nampak di mata kita.

Apabila si anak tidak dapat melanjutkan pelajaran ke universiti, maka si ayah dan si ibu akan berasa malu mempunyai anak seperti ini. Sedangkan berapa ramai graduan universiti yang tidak layak bergelar sebagai manusia, jahilkah mereka? Mereka yang hebat dari sudut akademik namun tidak pada agama. Bak kata Saiful Islam yang dipetik dari blognya “...(mafhumnya) kita bukan mahu anak kita menjadi orang agama, tapi cukuplah sekadar orang yang beragama.”

Segala-galanya bermula daripada rumah, teringat akan pesanan Lukman al-Hakim kepada anaknya:


“Wahai anakku, ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, banyak manusia yang karam ke dalamnya. Bila engkau ingin selamat agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan SAMPAN yang bernama TAKWA, ISInya ialah IMAN dan LAYARnya adalah TAWAKKAL kepada ALLAH."


Daripada riwayat A-Bukhari dan Muslim, Rasulullullah s.a.w pernah bersabda yang bermaksud:

“Sesungguhnya anak-anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu bapalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”


Setiap anak yang dilahirkan suci akan sifatnya. Tiada noda-noda dosa, apatah lagi tompok hitam. Di sinilah bermulanya peranan ibu bapa dalam menzahirkan syariat Islam ke atas seseorang anak. Supaya anak-anak itu menjadi seorang insan yang sempurna akan akhlaknya dan tidak menyekutukan Allah.

dipetik dari:iluvislam.com

Ahad, 16 Mei 2010

apa mahu jadi hari ini??!


baru2 ini kita dihangatkan dengan isu kerajaan meluluskan lesen pertaruhan kejohanan bola sepak piala dunia FIFA2010 (senang kata judi la). perkara ini sangat sensetif bagi kita yang beragama islam. islam mengharamkan judi secara total seperti firman Allah SWT dalam surah Al-maidah ayat 90 yang bermaksud "wahai orang yang beriman, sesungguhnya khamar(arak) judi, menyembah berhala, tenung nasib dengan mata panah adalah amalan yang keji dan termasuk amalan syaitan. maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keuntungan". dalm perkara ini sepatutnya kerajaan tidak memberikan kompromi dengan meluluskan lesen judi tersebut. lebih malang lagi bila perkara ini diumumkan oleh seorang menteri yang beragama islam. dimanakah letaknya keimanan mereka? sanggupkah kita melihat agama kita diinjak-injak sedemikian rupa?rakyat palestin hari ini berjuang demi mendapatkan kembali tanah baitul maqdis.tetapi kita hari ini sedang melakukan sesuatu yang jelas haramnya malah dihina dalam agama.sebagai seorang yang beragama islam saya berasa cukup terkilan dengan perkara ini. dalam kita mengejar kemajuan janganlah syariat tuhan kita abaikan dan memperlekehkannya.demi semangat islam marilah kita bangkit melawan puak2 sekular ini.jangan sampai anak-anak kita tergadai agama dek kerana kerajaan yang sebegini rupa.generasi akan datang mungkin tidak lagi mengenal agama dengan baik jika perkara haram ini dibiarkan dalam negara yang kita cintai ini.kejatuhan kerajaan islam dahulu juga adalah kerana bila mereka lalai dan mula mengabaikan tanggungjawab pada agama.kerajaan yang kita harapkan dapat menjaga maruah agama dalam negara hari ini telah merobek amanah yang diberi.mereka yang memberi undi kepada kerajaan yang ada hari ini bertanggungjawab dihadapan Allah SWT kelak kerana merekalah yang membenarkan orang2 ini naik sebagai pemimpin.firman Allah SWT dalm surah Hud ayat 113 yang bermaksud "dan jangan kamu cenderung kepada kezaliman kelak kamu akan disambar oleh api neraka". ayat ini jelas menunjuk kepada kita bahawa kita tidak boleh bersama orang2 yang zalim.zalim adalah orang yang tidak taat pada suruhan Allah SWT. jika cenderung pun Allah sudah ingatkan pada kita bahawa api sudah menunggu apa lagi jika memberikan sokongan pada mereka ini.jadi,sebagai orang islam sama2 lah kita renungkan...

Rabu, 14 April 2010

ijma ulama tentang kufurnya orang yang menentang hukum al-quran


1. Al-Hafiz Ibnu Katsir.

Ketika menafsirkan firman Allah,...

“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (al-Ma’idah [5]: 50)

Ibnu Katsir mengulas, “Allah mengherdik orang yang keluar dari hukum Allah dan beralih kepada pendapat, ego dan istilah yang dibuat manusia, sebagaimana kesesatan dan kebodohan yang dijadikan bangsa jahiliyah dalam menetapkan hukum, sebagaimana politik kerajaan bangsa Tartar yang diambil dari raja mereka, Genghis Khan yang membuat Yasiq, iaitu undang-undang yang dikumpulkan dari berbagai sumber hukum dan pandangannya sendiri, lalu ia menjadi aturan yang diikuti oleh bangsa Tartar. Barangsiapa yang mengikuti hukum tersebut, maka ia kafir dan wajib diperangi sampai ia kembali kepada hukum Allah dan Rasul-Nya.

Dalam kitab al-Bidayah wan-Nihayah (13/119), Ibnu Katsir juga mengatakan, “Barangsiapa meninggalkan syari‘at yang muhkam (tegas dan tidak mengandung takwil) yang diturunkan kepada Muhammad bin Abdullah Penutup para Nabi SAW, lalu mengikuti hukum syari‘at yang telah dihapus, maka ia telah kufur. Lalu, bagaimana dengan orang yang mengikuti hukum Yasiq dan lebih mengutamakannya daripada hukum Allah? Barangsiapa yang berbuat demokrasi, maka ia telah kufur berdasarkan ijma’ umat Islam.”

2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

Ibnu Taimiyyah dalam kitab al-Fatawa (3/267) mengatakan, “Ketika seseorang menghalalkan sesuatu yang disepakati haram, atau mengharamkan sesuatu yang disepakati halal, menggantikan syari‘at yang telah disepakati, maka ia kafir dan murtad menurut kesepakatan para ulama fikih.”

3. Syaikh Muhammad bin Ibrahim, Mantan Mufti Saudi.

Dalam risalah Tahkim al-Qawanin Syaikh Muhammad berkata, “Di antara bentuk kufur yang paling besar adalah menempatkan undang-undang yang terlaknat menggantikan apa yang diturunkan malaikat Jibril pada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan hukum yang berlaku di antara manusia. Hal itu sesuai firman Allah,

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa’ [4]: 59)

4. Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz.

Ia berkata, “Seruan nasionalisme Arab dan persatuan di bawah panjinya mengakibatkan masyarakat menolak hukum al-Qur’an, kerana orang-orang nasionalis non-muslim tidak akan rela mengikuti hukum al-Qur’an, sehingga hal itu mengharuskan para pemimpin nasionalis untuk mengambil hukum positif yang bertentangan dengan hukum al-Qur’an, agar semua masyarakat memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum-hukum tersebut. Banyak dari mereka yang meneriakkan hal ini sebagaimana telah dijelaskan. Ini merupakan kerosakan besar, kekafiran yang nyata dan kemurtadan yang jelas, sebagaimana firman Allah,

“Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (al-Maidah [5]: 44)

Setiap orang yang tidak memutuskan menurut syari‘at Allah dan tidak tunduk terhadap hukum Allah, maka dia orang yang jahil, kafir, zalim lagi fasiq berdasarkan nas ayat-ayat yang muhkam ini.

Abdul ‘Aziz bin Baz juga mengatakan, “Sesungguhnya orang-orang yang menyerukan nasionalisme atau sosialisme atau fahaman-fahaman destruktif lain yang berlawanan dengan hukum Islam itu kafir dan sesat, lebih kafir daripada Yahudi dan Nasrani. Mereka itu adalah orang-orang atheis yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Tidak satu pun di antara mereka yang boleh menjadi khathib atau imam di suatu masjid milik umat Islam, dan tidak sah solat di belakang mereka. Setiap orang yang membantu kesesatan mereka, menganggap baik apa yang mereka dakwakan, serta mencaci dan mencemuh pada da'ie yang menyerukan Islam itu juga kafir lagi sesat.

5. Syaikh Dr. Yusuf al-Qardhawi.

Dalam kitab al-Islam wal-‘Ilmaniyyah mengatakan, “Seorang sekular yang menolak penerapan syari‘at dari awal itu tidak memiliki hubungan apapun dengan Islam kecuali nama saja. Ia telah murtad dari Islam secara pasti, dan wajib diminta untuk bertaubat, dijauhkan dari syubhat dan diajukan protes kepadanya. Kalau dia tidak bertaubat, maka mahkamah perlu memutuskannya murtad dan melucut statusnya sebagai muslim, dipisahkan dari isteri dan anak-anaknya, dan berlaku padanya hukum orang-orang murtad, baik semasa hidup atau sesudah mati.”

Sebahagian sarjana, atau orang yang telah menjual agama mereka dengan duniawi, mengatakan bahawa memutuskan perkara tidak berdasarkan wahyu Allah asalkan tidak menghalalkan sesuatu yang haram itu termasuk dosa dan maksiat yang tidak mengeluarkannya dari Islam.

Dr. Abdurrahman bin Shalih al-Mahmud, Pengetua Fakulti Ushuluddin, Riyadh, di dalam buku yang berjudul al-Hukmu bi Ghairi ma Anzalallah. Ia menulis, “Para ulama menyepakati kekafiran orang yang memutuskan perkara tidak dengan apa yang diturunkan Allah meskipun ia tidak menghalalkannya, sebagaimana yang dikemukakan banyak ulama. Di antara mereka adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Ibnu Katsir, Ibnu Qayyim. Umat Islam tidak mengenal adanya perubahan atas syari‘at dan keputusan berdasarkan hukum positif sebelum kedatangan Tartar dengan membawa hukum mereka yang bernama Yasiq. Kemudian datanglah era modern ketika bangsa Nasrani dan selainnya menyerang umat Islam. Di antara peninggalan mereka yang paling besar adalah hukum positif ini.

6. Ibnul Qayyim.

Disebutkan dalam al-Qur’an dan ijma’ yang sahih bahawa agama Islam menghapuskan setiap agama sebelumnya, dan bahwa barangsiapa yang mengikuti ajaran Taurat dan Injil dan tidak mengikuti al-Qur’an maka hukumnya kafir.” (Ahkam Ahlidz-Dzimmah, 1/259) Jika demikian, maka apatahlagi dengan mengikuti hukum positif.

Inilah kesepakatan yang dituturkan ulama mengenai kufurnya orang yang mengikuti hukum selain syari‘at Islam. Undang-undang kontemporari itu bukan syari‘at yang dihapus al-Qur’an, melainkan lebih menyerupai Yasiq milik bangsa Tartar yang terhimpun dari syari‘at-syari‘at yang ada dalam agama Yahudi, Nasrani dan Islam.

Muhammad bin Hamid al-Hasani dalam bukunya ath-Thariq ilal-Khilafah menjelaskan syarat-syarat untuk tidak menghukumi kafir orang yang memutuskan perkara tidak menurut wahyu Allah. Ia mengatakan,

1. Ia mengaku dan menerima secara lahir dan batin setiap hal yang ditetapkan Allah dan Rasul-Nya.
2. Ia mengakui bahwa dengan tidak memutuskan perkara sesuai dengan wahyu Allah dalam perkara-perkara yang diajukan kepadanya itu bererti ia berdosa, dan bahawa keputusannya tersebut keliru, dan keputusan Allah sahajalah yang benar.

Apabila ia berkata dengan bahasa verbal bahawa:
» Keputusannya lebih baik daripada keputusan Allah dan Rasul-Nya,
» Atau bahawa keputusannya sama dengan keputusan Allah dan Rasul-Nya,
» Atau bahawa keputusan Allah dan Rasul-Nya itu lebih sesuai untuk masa lalu,
» Atau bahawa apa yang diputuskannya itu lebih tepat dan lebih baik untuk masa kini,
» Atau bahwa hukum Allah dan Rasul-Nya itu lebih tepat dan lebih sesuai untuk setiap tempat dan waktu tetapi ia boleh memutuskan dengan apa yang dilihatkannya sesuai meskipun bertentangan dengan hukum Allah,
Seandainya ia mengatakan ini semua atau sebahagiannya atau salah satu darinya, maka ia telah menjadi kafir murtad.

3. Keputusan yang tidak menurut wahyu Allah itu berkaitan dengan kes kes khusus dan tertentu, bukan dalam perkara-perkara universal dan umum. Seperti contoh, seorang pencuri dihadapkan kepada hakim yang merupakan kerabat kepada pencuri. Sebenarnya hakim tersebut mengakui bahwa hukuman pencuri adalah potong tangan, tetapi ia membela kerabatnya dan menjatuhinya hukuman selain potong tangan. Lalu hakim tersebut ketika dihadapkan kes pencurian lain dimana pelakunya bukan kerabatnya, maka ia akan menjatuhkan hukuman potong tangan. Hakim dengan perbuatannya seperti ini disebut kafir di bawah kafir, dengan beberapa syarat

Rabu, 10 Februari 2010


Hikmah Perlaksanaan Hukum Hudud Menurut al Quran dan Sains

HIKMAH PERLAKSANAAN HUDUD

“Perempuan yang berzina dan lelaki yang berzina hendaklah kamu dera masing-masing dengan 100 rotan dan janganlah kamu berasa kasihan belas terhadap keduanya dalam melaksanakan perintah Allah jika kamu beriman kepada Allah dan pada hari kemudian.Hendaklah hadir ketika dijatuhkan hukumun terhadap mereka sekumpulan dikalangan orang-orang yang beriman” (An-Nur:2, al Quranul Karim)
PANDANGAN ULAMA TAFSIR

Hukuman keatas penzina lelaki dan perempuan yang merdeka, berakal dan yang masih bujang atau dara yang masih belum berkahwin adalah disebat dengan seratus sebatan setiap seorang. Hikmah memulakan hukuman keatas perempuan dalam kes zina dan memulakan hukuman keatas lelaki ketika kes mencuri adalah kerana kes zina selalunya terjadi disebabkan oleh golongan perempuan yang boleh mengaibkanya lebih daripada lelaki dan lebih memberi kesan keatasnya, manakala dalam kes mencuri pula selalunya berlaku keatas orang lelaki kerana mereka lebih berani dan lebih merbahaya daripada orang perempuan dalam melakukan perkara itu maka didahulukan orang lelaki daripada orang perempuan.



Pada zahir ayat ini menerangkan akan ketetapan hukuman keatas penzina –penzina iaitu 100 sebatan rotan tetapi telah ditetapkan di dalam Sunnah yang Qat’ie dan penzina yang belum berkahwin dan yang telah berkahwin. Adapun hukuman bagi penzina yang telah berkahwin ialah direjam dengan batu sehingga mati mengikut Sunnah secara lisan dan perbuatan. Telah diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim daripada Ibnu Mas’ud Bahawasanya Nabi Muhammad salallahualaihi wasalam telah bersabda:

“Tidak halal darah orang-orang Islam kecuali belarkunya salah satu daripada tiga perkara iaitu orang yang telah berkahwin berzina, orang yang membunuh dengan sengajacdan keluar daripada agamanya juga berpecah daripada jamaah orang-orang Islam”

Janganlah kamu berlembut dan berasa belas kasihan ketika hendak melakukan hukuman keatas penzina kerana ini adalah hukuman yang telah ditetapkan oleh Allah juga tidak boleh merosakkan hudud Allah yang telah ditetapkan dan sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW daripada apa yang telah diriwayatkan oleh Ahmad dan Ashab al-Kutub as-Sittah daripada Aisyah radhiAllahu anha:

“Demi Tuhan yang menciptakan diriku, walaupun sekiranya Fatimah bt Muhammad mencuri Sesungguhnya aku akan potong tanganya”

Maka dirikanlah hudud keatas orang-orang yang melakukan perbuatan zina dan pukullah mereka itu dengan pukulan yang menyakitkan untuk memberikan pengajaran keatas mereka jika kamu beriman dengan Allah SWT dan hari Akhirat.

Dan dirikanlah hudud secara terang-terangan dihadapan sekumpulan daripada orang-orang Islam tambahan balasan bagi orang yang berzina.Sesungguhnya penzina-penzina itu apabila disebat di hadapan orang ramai akan memberi kesan yang lebih untuk mencegah mereka daripada melakukan perbuatan itu lagi. Telah berkata Qatadah:

"Allah S.W.T telah memerintahkan sekumpulan daripada oraang-orang yang beriman untuk melakukan penyaksian ketika hukuman itu dijalankan adalah kerana untuk memberi peringatan, nasihat dan pengajaran".

Kes-Kes zina ini disabitkan dengan salah satu daripada perkara berikut :

1- Iqrar atau pengakuan : Ini selalunya berlaku ketika pemerintahan Islam Keterangan atau penyaksian: Iaitu penyaksian 4 orang saksi lelaki yang merdeka, adil dan beragama Islam dan melihat dengan mata mereka sendiri. Ini sangat jarang berlaku dan tidak terhasil kecuali sedikit.

2- Mempunyai hubungan dengan perempuan yang tidak mempunyai suami yang boleh dikenali baginya.

PERBAHASAN

Apabila Allah menjadikan manusia Allah juga menjadikan bersama kejadian manusia itu undang-undang yang dapat mengawal manusia daripada terjerumus ke lembah kehinaan dan kesengsaraan akibat daripada perbuatan manusia itu sendiri.Terdapat 17 jenis kesalahan yang dihukumkan dengan hukum hudud antaranya hukum bagi mereka yang melakukan penzinaan.Apabila sabit dua kesalahan terdapat dua jenis hukuman bagi dua kategori manusia yang melakukan kesalahan itu ;
1. Sebat 100 rotan untuk yang belum berkahwin
2. Rejam sampai mati untuk penzina yang sudah berkahwin

Kenapakah terdapat perbezaan di dalam hukuman yang di jalankan bagi kesalahan yang sama tetapi dilakukan oleh jenis manusia yang berbeza?
Sepintas lalu, Ulama’ menggariskan bahawa menghukum mereka yang belum berkahwin jika disabitkan kesalahan dengan 100 rotan adalah wajar sebagai pengajaran bagi mereka yang melakukanya ataupun remaja yang berkeinginan mencubanya. Hukuman sebat ditentukan bagi penzina jenis adalah kerana mereka belum pernah merasa nikmat perkahwinan.Keinginan mereka adalah disebabkan dorongan nafsu yang kadangkala dapat mengatasi fikiran manusia sehingga menjerumuskanya melakukan kesalahan zina.

Rejam sampai mati pula adalah hukuman yang dijatuhkan ke atas penzina yang sudah berkahwin kerana penzina jenis ini sudah merasai nikmat perkahwinan dan tidak ada alasan yang boleh diterima sebagai kemaafan kerana dikhuatiri tabiat mereka itu akan merosakkan banyak manusia. Rejam sampai mati adalah ubat yang paling mujarab bagi manusia jenis ini.

HIKMAH DISEBALIK PERLAKSANAAN HUDUD

Buat penzina yang belum berkahwin.mereka mempunyai antibody T4 Limfosit yang kuat dan masih bertenaga. Jika sekiranya seseorang penzina itu dihinggapi HIV selepas penzinaanya,T4 Limfositnya akan diserang oleh HIV Aids yang akan menyebabkan sel-sel T4 Limfositnya musnah sehingga menyebabkan mati dan akhirnya sel sum-sum tulangnya mengalami kelumpuhan dan fibrosis dan tidak lagi dapat lagi menghasilkan sel-sel T4 yang baru. Badan akan lemah dan Sindrom Kurang Daya Tahan Penyakit akan menyerang.

Pesakit jenis ini juga mempunyai kemungkinan untuk disembuhkan. Tetapi dengan syarat ia mesti didera dan badannya mesti mengalami kesakitan yang banyak bagi meransang penghasilanan sel-sel T4 yang baru serta mengelakkan sum-sum tulang daripada fibrosis.Cara terbaik adalah dengan menyebat diantara bawah tengkuk dan di atas pinggang di bahagian belakang dengan sebatan yang akan meransang penghasilan semula antibodi T4 yang baru dan pesakit tersebut boleh sembuh daripada AIDS selepas antibodi sel-sel T4 Limfositnya itu boleh menguasai HIV AIDS.

Jika sekiranya pesakit tersebut sudah berkahwin .apabila dihinggapi virus AIDS,sel-sel T4 mereka telah lemah berbanding dengan sel-sel T4 kepunyaan mereka yang belum berkahwin. Kelemahan ini berpunca daripada sum-sum tulang yang mengalami sedikit hakisan dan kurang menghasilkan antibodi kerana lebih banyak ditumpukan kearah menghasilakan benih-benih bagi tujuan menghasilkan sperma-sperma baru. Penzina jenis ini tidak akan dapat diselamatkan daripada virus HIV AIDS dan rejam sehingga mati adalah merupakan penyelesaian terbaik bagi mengelakkan jangkitan dan penyebaran penyakit di samping memberikan pengajaran yang menyebabkan orang lain takut untuk melakukan kesalahan yang sama.

IMUNITI DAN HIKMAH PELAKSANAAN HUDUD

Sistem imuniti badan manusia adalah menepati sistem pentadbiran dan pertahanan sesebuah negara Islam.Di dalam badan manusia terdapat berjuta-juta sel yang terdiri kebanyakanya daripada protein. Begitu juga keadaanya antibodi yang terdiri 100% daripada protein. Salah satu keistimewaan bagi haiwan vertebrata ialah keupayaan antibodinya mengenali kandungan asal badan (yang di panggil sel asal)dan benda-benda yang datang dari luar. Tindakbalas imuniti adalah merangkumi kesemua aktiviti yang pada akhirnya menghasilkan penghapusan bahan-bahan luar (foreign materials) samaada melalui proses kecederaan atau tidak .Tindakbalas imun adalah merangkumi dua fenomena yang asas:
1.Tindakbalas humoral (tindakan antibody)
2.Tindakbalas pembaikan sel

Toleran (ketiadaan tindakbalas imun) adalah juga salah satu daripada mekanisme tindakbalas imun yang bertindak sebagai mekanisme pertahanan yang memelihara tindakbalas imun terhadap sel sendiri. Dalam banyak hal, mekanisme pertahanan badan (tindak balas imun) adalah seolah–olah sebuah sistem pengawalan (undang-undang hudud) yang di wujudkan bagi tujuan pengawalan.Sistem ini akan dapat mengenali antara orang asing dan penduduk tetap sebuah negeri. Orang asing yang di anggap mengancam keselamatan akan dihapuskan dengan di hukum dan penduduk asal negeri tersebut yang baik akan di tolerankan. Maka yang menyeleweng di kalangan penduduk asal negeri itu juga turut dihapuskan bagi tujuan keselamatan dan sistem sosial yang teratur itu.

Masyarakat yang tidak mempunyai undang-undang hudud yang telah di tentukan oleh Allah itu adalah seolah-olah masyarakat yang sedang dilanda AIDS dimana kesemua unsur asing budaya dan kehidupan yang boleh membahayakan manusia dan boleh memusnahkan kehidupan manusia dibolehkan masuk seluas-luasnya tanpa sebarang pengawasan.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentang segala-gala keperluan biologis, psikologi dan mental manusia. Adalah menjadi satu perkara yang boleh merosakan manusia apabila manusia cuba menentukan haluan mereka sendiri yang mereka sendiri tidak faham dan tidak tahu. Sedangkan Allah ,Tuhan yang menjadikan dan menciptakan yang paling arif dan tahu tentang keperluan-keperluan manusia serta sistem pengawalanan yang dapat mengawal manusia daripada terjerumus ke lembah perhambaan nafsu yang boleh memusnahkan manusia itu sendiri

Jumaat, 22 Januari 2010

fenomena berani berfatwa

Satu tazkirah yang menarik untuk direnungi, iaitu betapa ramai orang yang berani mengeluarkan hukum, walaupun dia bukan seorang yang mempunyai keahlian dalam bidang agama, contohnya dalam kes tuntutan puak-puak katholik yang menang di mahkamah, belum pun ada ulama’ mengeluarkan pendapat, sudah ada orang yang mendahuluinya menyatakan sokongan.. ingatlah apa yang dipesan oleh alim ulama’: “Orang yang paling berani mengeluarkan fatwa ialah orang yang paling berani menghadapi neraka jahannam“. Ada sebahagian masyarakat yang tidak dapat membezakan di antara kenyataan politik dan mengeluarkan hukum. Semoga diselamatkan oleh Allah swt daripada bala ini. Nas-aluLlaha as-salamah wal ‘afiah.

dipetik dari:www.abuanasmadani.com

Selasa, 12 Januari 2010

haram memusnahkan rumah ibadat orang-orang bukan islam


firman Allah "dan janganlah kamu menghina tuhan-tuhan mereka kerana dengan kejahilan mereka dan pasti mereka membalas penghinaan kamu dengan menghina Allah.sesungguhnya Allah maha mengetahui dan maha pengampun"..rasullullah S.A.W bersabda"jangan ada dikalangan kamu yang membunuh wanita,orang2 tua,mereka yang berlindung dirumah2 ibadat.dan janganlah kamu memusnahkan rumah ibadat,kebun-kebun dan harta benda mereka. ayat quran dan hadis ini jelas menunjukkan sebagai orang islam kita tidak boleh merendahkan agama lain.dakwah kita pelulah betul dan islam tidak menggalakkan umatnya melakukan keganasan.peritiwa pembakaran gereja yang digemparkan baru-baru ini adalah satu prkara yang tidak boleh dan tidak patut berlaku dibumi malaysia yang kita cintai ini.dimana letaknya perpaduan yang kita idamkan. jika perkara begini boleh berlaku dalam negara kita maka secara jelas dapat saya rumuskan bahawa kita masih belum mencapai perpaduaan yng sebenarnya...isu berkaitan penggunaan kalimah ALLAH oleh penganut kristian perlulah kita fahami dari sudut ilmiah dan bukan dari sudut emosi semata-mata.para ulama perlulah dirujuk dalam hal sebegini. orang islam janganlah cepat melatah..